WORKSHOP DIGITALISASI NASKAH DAN PENGEMBANGAN PORTAL NASKAH NUSANTARA

“Hilang dan rusaknya hutan masih bisa dilakukan reboisasi yang hasilnya bisa tampak dalam jangka 10-20 tahun kedepan. Namun, tidaklah demikian dengan naskah. Naskah tidak akan kembali jika telah rusak dan hancur jika tidak ada usaha penyelamatan dan pelestarian saat naskah tersebut masih dalam kondisi baik,”.


Lembar perlembar naskah itu dibuka, sesekali sang fotografer dengan sangat hati-hati memposisikan kamera yang sudah siap untuk memotret naskah melalui laptop. Tidak lupa perlengkapan ala ‘dokter’ pun yaitu sarung tangan dan masker dipakainya. Begitulah gambaran yang terjadi dalam upaya penyelamatan naskah nusantara melalui digitalisasi naskah dalam Workshop Digitalisasi Naskah dan Pengembangan Portal Naskah Nusantara, Rabu – Sabtu, (24-27/6) di Hotel Sahid Jaya, Solo-Jawa Tengah, hasil kerjasama Puslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Depag RI dengan Masyarakat Pernaskahan Nusantara (MANASSA).
“Target peserta yang hadir dalam workshop ini sebenarnya ditentukan 60 orang, namun yang hadir mencapai 75 orang. Jumlah ini belum dihitung dengan puluhan orang yang ditolak panitia lantaran keterbatasan tempat yang ada,” lapor Muchlis, Ketua Panitia.
Acara dibagi dalam beberapa sesi, yaitu penyajian makalah dari beberapa pembicara yang mempunyai kepedulian terhadap pernaskahan nusantara. Diantaranya, dalam sesi pertama membahas strategi dan kebijakan dalam program pernaskahan nusantara, khususnya dalam hal konservasi dan digitalisasi. Presentasi pertama disampaikan oleh Maidir Harun (Kapuslitbang Lektur Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat, Depag RI) mengenai kebijakan Puslitbang Lektur Keagamaan dalam program pernaskahan nusantara, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan kebijakan Perpusnas dalam digitalisasi dan konservasi naskah nusantara, Muhammadin Razak (Kepala Bagian Preservasi Perpusnas RI), Tuty Hendrawati (staf bagian Digitalisasi Perpusnas RI).
Sesi kedua mengetengahkan pembahasan proyek digitalisasi untuk kepentingan riset. Dalam sesi ini, John Paterson dari Yayasan Sastra Solo menampilan makalah Proyek Digitalisasi Naskah-Naskah Jawa Koleksi Yayasan Sastra Solo. Sementara itu Digitaisasi Naskah dan Penguatan Tradisi Riset disampaikan oleh Oman Fathurahman (Ketua Umum Manassa).
Selanjutnya, Thoralf Hanstein, Jens Kupferschmidt, Joerg Graf dari Leipzig University Jerman membahas seputar katalogisasi dan digitalisasi naskah kaitannya dengan teknologi informasi berstandar internasional serta contoh proyek naskah dan papyrus di Leipzig University. Sesi ini menunjukkan berbagai pertunjukan kebolehan penggunaan berbagai alat-alat pendukung digitalisasi, baik yang didatangkan dari Jerman maupun yang dimiliki oleh Puslitbang Lektur Keagamaan.
Tidak kalah menariknya dalam sesi berbagi pengalaman dengan pembicara yang sudah melakukan usaha digitalisasi naskah nusantara kerjasama dengan The British Library.
Proyek Digitalisasi Naskah-Naskah Pesantren MIPES (2007) yang dibawakan oleh Jeje Abd Rojak; Digitalisasi Naskah Koleksi Masyarakat Pidie, Aceh (2008) oleh Fakhriati. Sementara itu Mohammad Solihin, Fotografer dan Image Editor Digitalisasi Naskah-Naskah Pesantren MIPES (2007); Bahren, Koordinator Fotografi Program Digitalisasi Naskah Surau Minangkabau (2006); Salman Abdul Muthallib, Anggota Tim Kodikologi Program Digitalisasi Naskah Museum Aceh dan YPAH dengan Leipzig University (2007-2009); dan Hasnul Arifin Melayu, Anggota Tim Digitalisasi dan Katalogisasi Naskah Koleksi YPAH dengan C-DATS Tokyo University of Foreign Studies (2005-2006). Sayangnya, dalam pelatihan ini, mesin scanner dari Leipzig University yang merupakan salah satu alat digitalisasi naskah mutakhir yang sedianya akan dibawa dari Aceh untuk ditunjukkan kepada peserta dalam pelatihan ini gagal dibawa, karena sesuatu hal. (Mohammad Solihin).
Foto-foto kegiatan bisa di lihat DI SINI

Comments

Popular Posts